Title : Parent In Law
Author : Minhyan-chan
Pairing : Yunjae
Legh : 2 of 2
Ratting : NC-17
Genre : Drama – Family – Yaoi – NC
Cast :
- Jung Yunho
- Kim Jaejoong
- Etc
Awas NC, bisa dibaca setelah buka kekekekeke
Ok, Happy reading all. . .
>>>
Jaejoong menyeruput jusnya sebari memandang entah kemana. Dalam pikirannya masih bertempur antara datang atau tidak datang, antara rasa takutnya bertemu mertua atau kehilangan Yunho. Karena masih tidak tahu, Jaejoong memutuskan untuk pergi saja ke restoran kecil di seberang jalan pintu masuk perumahan, dan berpikir disana.
Jaejoong sengaja tak menghubungi Yunho dalam hal ini. Jika Yunho tahu dirinya disini sekarang, Yunho pasti langsung membawanya ke rumah Yunho tanpa memberi waktu Jaejoong berpikir lagi dan mempersiapkan diri.
“Tuan,” panggilan lembut suara perempuan, membangunkan Jaejoong yang penuh pikiran.
Jaejoong melihat pada perempuan tersebut – pelayan restoran.
“Apakah anda benar-benar tidak ingin memesan makanan, Tuan?”
Jaejoong menggeleng. Ia sebetulnya tidak enak juga, disini ia sudah hampir satu setengah jam, tapi ia hanya memesan segelas jus.
“Arasso,” ujar pelayan tersebut sambil tersenyum. Ia lalu beranjak dari hadapan Jaejoong.
“Ah, Noona. Tunggu sebentar,” panggil Jaejoong.
Wanita – pelayan tersebut menghentikan langkahnya yang belum terlalu jauh.
“Ada apa, Tuan?” tanya wanita yang masih muda tersebut.
“Apa kau sudah punya kekasih?” Jaejoong malah balik bertanya.
Wanita tersebut agak tersipu. Mata besarnya, bibir cerry-nya, kulitnya yang putih, memang membuat Jaejoong nampak mempesona tidak hanya di mata lelaki namun juga para wanita. Diam-diam wanita cantik ini berharap kalau pria tampan sekaligus cantik secara bersamaan ini tertarik padanya.
“Aku tidak punya,” jawab wanita tersebut, diiringi senyum termanisnya.
“Kalau berpacaran, apa kau sudah pernah?” tanya Jaejoong lagi.
“Pernah, beberapa kali.”
“Apakah diantara pacar-pacarmu itu ada yang mengajakmu bertemu orangtua mereka? Maksudku apa kau pernah bertemu calon mertuamu?” Pertanyaan Jaejoong kali ini, membuat wanita tersebut menyeritkan dahi.
“Ya, pernah, memang kenapa?” Wanita tersebut agak sinis menjawab. Ia tersadar, pria tampan nan cantik ini bukan sedang tertarik padanya.
“Apakah mertuamu memperlakukanmu dengan baik? Apakah mereka cerewet atau suka mengomel padamu?”
Wanita itu tak menjawab. Ia malah berlalu begitu saja.Sebal, untuk apa menanyakan hal seperti itu. Pria tampan nan cantik itu setelah berhasil membuatnya melayang, dalam sekejap ia juga menjatuhkannya. Damn it.
“Yak! Noona, kau mau kemana? Jawab dulu pertanyaanku!” seru Jaejoong memanggil pada wanita tadi. Namun pelayan cantik itu malah tak menggubrisnya.
“Aish, benar-benar tak ada yang bisa menolongku.”
-----
Jaejoong meraba-raba pada saku celananya, perasaanya berdebar kencang. Ia hendak membayar untuk minumannya, namun ia tak menemukan dompetnya ada di sakunya. Sial.
“Noona,” Jaejoong memanggil pada kasir, ia sambil tersenyum tipis dan menggaruk kepalanya yang tak gatal.
“Ne, Tuan.”
“Noona, sepertinya dompetku ketinggalan. Bisakah aku pergi dan kembali nanti untuk membayar semuanya,” Jaejoong berbicara dengan agak takut-takut.
Sang kasir yang awalnya tersenyum, jadi memudarkan senyum di bibirnya. Ia malah jadi melihat serius pada Jaejoong.
“Aku akan menelpon polisi,” ujar kasir tersebut, tanpa banyak bicara sebelumnya. Ia lalu mengangkat gagang telpon dan akan memencet nomor polisi.
“Yak, Noona, tunggu! Aku bukan penjahat.” Jaejoong setengah berteriak.
“Tapi anda berniat kabur setelah anda minum disini. Kalau memang tidak punya uang, anda tidak perlu datang ke tempat kami.”
“Sudah kukatakatan, dompetku ketinggalan. Aku bisa membayar semuanya.”
Kasir tersebut tampak tak memperdulikan yang Jaejoong katakan. Ia tetap melanjutkan menekan nomor polisi. Jaejoong pun panik, dengan segenap keberaniannya yang mengumpul dengan cepat dan sigap, Jaejoong menarik telpon tersebut lalu meletakkan kembali ke tempatnya.
“Yak! Apa yang anda lakukan!” teriak sang kasir kemudian. Yang jadi menarik perhatian para pegunjung restoran.
“Sudah kukatakan, aku akan membayarnya setelah kau membiarkanku pergi mengambil uangnya!” Jaejoong pun jadi berteriak juga. Emosinya seolah terbangun oleh nada keras sang kasir. Dan semakin menarik perhatian para pengunjung, bahkan beberapa karyawan restoran yang lain mendekat pada mereka juga.
“Penjahat dimana pun tidak akan pernah mengakui kejahatan mereka.”
“Aku bukan penjahat!”
“Kau bohong! Aku akan telpon polisi sekarang.” Kasir tersebut pun mencoba menelpon polisi kembali.
Shit. Hari ini Jaejoong benar-benar sial. Setelah dibingungkan tentang calon mertua, ia masih harus menerima kenyataan dompetnya tertinggal, ditambah menghadapi kasir yang tidak berpengertian begini. Rasanya, Jajoong ingin melarikan diri dari suasana sial ini.
“Akhh…” Terlalu bertumpuk-tumpuk masalah dipikirannya, Jaejoong jadi seperti kehilangan kendali atas rasionalnya. Dengan membabi buta Jaejoong menarik gagang telpon dan melemparkannya sembarang.
“Yak!” seru sang kasir. Dan membuat para pengunjung serta karyawan restoran merasa terkejut. Seorang karyawan langsung menyemprot Jaejoong dengan kata-kata kasar karena yang Jaejoong lakukan barusan. Jaejoong yang benar-benar habis kesabaran, terus menimpali karyawan tersebut. Dan keributan pun tak terelakkan lagi.
“ADA APA INI!” teriak seseorang yang terdengar seperti suara wanita, yang langsung menghentikan perdebatan dalam restoran tersebut.
Para karyawan yang melihat siapa pemilik suara tersebut, segera bergeser – membuka jalan untuk wanita tersebut, yang datang bersama seorang lelaki yang tampan dan gagah.
“Selamat datang, Presdir.” Ucap para karyawan serempak sebari membungkukkan badan.
Jaejoong merasa aneh, jadi berbalik untuk melihat pada sang wanita juga. Mata besarnya yang indah membulat, ia merasa terkejut bukan main. Bukan karena wanita tersebut yang terlihat sudah berumur, namun justru pada sosok lelaki yang berdiri di sebelahnya. Demi Tuhan, itu Jung Yunho.
Apa lagi ini, Tuhan?
“Ada apa ini, kenapa ribut-ribut seperti ini?” tanya wanita tersebut pada salah satu karyawan.
“Pria ini datang kesini sejak dua jam yang lalu. Tapi dia hanya memesan minum, tapi dia tidak mau membayar dan malah merusak telpon restoran. Saya takut pria ini ada maksud tertentu dengan restoran kita, Presdir Jung.” Kasir tadi lalu mengadu pada Nyonya Jung – Ibu Yunho yang merupakan pemilik restoran. Yeah, keluarga Jung memang cukup terkenal di kalangan pengusaha, terutama pengusaha kuliner. Keluarga Jung memiliki usaha restoran dengan banyak cabang di Seoul dan beberapa kota di Korea.
Nyonya Jung melihat serius pada Jaejoong, namun Jaejoong malah melihat serius pada Yunho (yang juga melihat penuh kejutan pada Jaejoong). Jaejoong dan Yunho masih saling terdiam, keduanya hanya saling melempar tatapan yang tajam.
“Jangan-jangan pria ini mata-mata restoran sebelah, Presdir.” Karyawan, yang tadi sempat dibuat kesal oleh pertanyaan Jaejoong yang ambigu, tiba-tiba memprovokasi. Nyonya Jung lalu melihat padanya.
“Apa benar seperti itu?” tanya Nyonya Jung.
“Dia disini sangat lama. Bisa jadi pria ini sedang memata-matai restoran kita.”
Nyonya Jung tampak berpikir keras. Ia melihat pada Jaejoong sekali lagi. Dan ia merasa pernah melihat Jaejoong.
“Ah, bukankah anak muda ini tadi pagi mondar-mandir di depan rumah kami?” gumam Nyonya Jung.
Karyawan yang memprovokasi tadi agak terkejut. Walau lirih, gumaman Nyonya Jung masih dapat didengarnya. Ia tak menyangka karangannya adalah kenyataan. Tadi ia hanya mengarang tentang pria cantik itu untuk memprovokasi Nyonya Jung, karena ia kesal dengan Jaejoong. Ia tidak tahu kalau pria cantik itu benar-benar punya maksud pada keluarga Jung.
Nyonya Jung lalu melihat pada Yunho.
“Jung Yunho, lakukan sesuatu cepat. Pria ini harus dilaporkan ke polisi.” Perintah Nyonya Jung.
Yunho tak merespon. Ia masih melihat serius pada Jaejoong.
Nyonya Jung menyeritkan dahi, ia lalu melihat juga pada Jaejoong, yang ternyata juga melihat serius pada Yunho. Oh, ada apa ini?
“Tunho-ah, apa kau mengenal pria ini?” tanya Nyonya Jung kemudian.
“Dia… Kim Jaejoong.” Jawab Yunho, tetap tak mengalihkan tatapannya pada Jaejoong.
Buk~
“Yak! Eomma, kenapa kau memukulku!” pekik Yunho terkejut. Mendadak, ibunya tersebut memukul kepalanya dengan tas, agak keras.
“Dasar anak bodoh,” kata Nyonya Jung gemas.
“Eomma, ada apa dengamu?” Yunho benar-benar tidak mengerti dengan ibunya. Tiba-tiba memukulnya,dan tiba-tiba juga mengatainya bodoh.
“Kenapa kau tak mengatakan dia Kim Jaejoong! Kenapa kau diam saja padahal Kim Jaejoong difitnah seperti itu! Dasar anak bodoh!” Nyonya Jung memukuli Yunho dengan tas bertubi-tubi, ia tak peduli pada Yunho yang terus memohon ampun. Bahkan Nyonya Jung terus mengejar Yunho yang menghindar dari pukulannya.
Jaejoong yang sedari tadi tidak karuan perasaanya, jadi menyeritkan dahi – terheran-heran.
“Aigoo… Jaejoongie, kau tidak apa-apa, Sayang?” Tanya Nyonya Jung sebari menyentuh pipi Jaejoong. Setelah ia merasa cukup memberi pelajaran pada putranya yang menurutnya sangat bodoh.
Jaejoong mengangguk.
“Aku tidak bermaksud menghindari kewajibanku. Dompetku benar-benar tertinggal di rumah.” Jaejoong menjelaskan.
“Kalian semua dengar, Kim Jaejoong bukan penjahat. Kalau ada yang menfitnah putraku sekali lagi, akan kupecat kalian.” Kali ini Nyonya Jung berbicara pada karyawan dengan agak marah.
Jaejoong melihat pada Nyonya Jung. Putra?
“Jaejoongie, Eomma minta maaf. Eomma tidak tahu kalau kau Kim Jaejoong.” Kata Nyonya Jung, kembali pada Jaejoong.
Eomma???
----------
“Jaejoongie, kau panggil saja anak bodoh itu di kamarnya. Eomma dan Jihye yang akan menyiapkan makan malamnya.”
“Ne, Eomma.” Jaejoong melepas apron-nya. Ia lalu berjalan menuju kamar Yunho. Senyuman tak henti-hentinya terukir manis di bibir cherry namja cantik tersebut sejak menginjakkan kaki di rumah keluarga Jung ini.
Jaejoong merasa ini seperti mimpi yang sangat indah. Asumsi-asumsi dengan mertua yang menakutkan, seketika terpatahkan oleh keluarga Yunho yang menerimanya dengan sangat hangat. Apa lagi Nyonya Jung, ketika Yunho bercerita tentang Jaejoong pada orangtua dan adiknya bahwa dia sudah punya kekasih yang cantik, lembut dan pandai memasak, nyonya Jung sangat antusias dan tidak sabar ingin bertemu Jaejoong. Tapi beberapa kali Nyonya Jung harus kecewa, karena Jaejoong terus menunda untuk berkunjung.
------
Cklek~
Jaejoong membuka pintu kamar Yunho.
“Joongie-ah, apakah ibuku sangat cerewet padamu? Apakah dia membanding-bandingkan kau dengan mantan-mantanku atau apapun yang kau kerjakan selalu salah?”
Jaejoong menghentikan langkahnya seketika. Yunho tampak tersenyum kemenangan.
“Yak! Dari mana kau mengetahui itu semua!” Jaejoong lalu berjalan menuju Yunho dengan cepat-cepat. Tentang kekhawatirannya pada sosok mertua, Jaejoong tak mencerikannya pada Yunho. Tentu saja ia tak mau menyinggung perasaan kekasihnya itu.
Yunho menunjuk pada ponsel yang kini menempel di telinganya.
Oh, Jangan bilang Junsu membocorkan semuanya. Yup, Jaejoong hanya menceritakan tentang asumsi-asumsi tersebuat pada Junsu.
Jaejoong lalu merebut ponsel Yunho. Yunho tersenyum saja. Ia kemudian memeluk Jaejoong dari belakang, sementara Jaejoong marah-marah pada Junsu yang di balik telpon sana.
Bibir tebal Yunho terus mulai menciumi pipi Jaejoong, dan bertahap bergerak menyusuri leher jenjang kekasihnya tersebut. Sesekali Jaejoong jadi menghentikan bicaranya untuk meredam desahan yang bergejolak. Lidah Yunho ikut menjelajah telinga, turun memutari leher Jaejoong.
“AKU AKAN MEMBUNUHMU KIM JUN – “ Jaejoong menghentikan ucapannya dan mematikan ponselnya. Di belakang, Yunho semakin menggila pada lehernya. Yunho menggigit dan menghisapi di beberapa tempat pada leher Jaejoong. Pria cantik itu jadi tak dapat menahan lagi untuk tidak mendesah.
“Nghh…”
Setelah puas dengan leher, Yunho lalu membalik tubuh Jaejoong menghadapnya. Tanpa banyak bicara, bibir tebal Yunho langsung saja melahap bibir cherry Jaejoong. Ia melumat bibir atas-bawah Jaejoong bergantian, cukup panas. Tak puas begitu saja,beberapa menit setelahnya, lidah Yunho mendesak masuk untuk berpetualang dalam gua – bibir pria cantik yang menjadi kekasihnya ini.
“Ughh…”
Kaki Yunho bergerak perlahan – menggiring Jaejoong ke arah tempat tidur. Jaejoong pun terjatuh disana, dengan Yunho menindihnya. Bibir Yunho beralih kepada leher Jaejoong, ia menciumi dan menggigit sesekali di beberapa tempat hingga menyisakan cukup banyak tanda kemerahan di leher Jaejoong yang sesungguhnya putih bersih. Jaejoong sendiri tak dapat menahan desahannya karena sensasi yang terus menerus diberikan oleh Yunho. Jaejoong agak menjambat rambut tebal Yunho, sebagai pelampiasan juga dari kenikmatannya yang dirasakannya kini.
“Nghh…”
Masih berkutat dengan leher Jaejoong, tangan kanan Yunho sambil bergerak membuka beberapa kancing atas kemeja yang dikenakan Jaejoong. Bibir Yunho lalu bergerak turun ke dada Jaejoong. Dengan lebih bernafsu, ia terus menciuminya, membuat tanda juga disana. Lidah Yunho bergerak memutari nipple kanan Jaejoong, sementara tangan kirinya memainkan – melintiri nipple kiri Jaejoong.
“Uhhh… Yunho-ahhh…” desah Jaejoong semakin kenikmatan.
Srot~
Yunho agak memajukan kepalanya untuk memudahkan dirinya menghisap nipple Jaejoong.
Jaejoong menjambak lebih keras rambut Yunho, otot-ototnya seolah menegang mendadak. Ia mendongak dan lebih memperkeras desahannya. Yunho, memang paling bisa memberikan kenikmatan semacam ini. Ia tak pernah menyesal saat memutuskan untuk menyerahkan diri pada pacar pertama sekaligus Jaejoong sangat yakin pria tampan yang ia dicintai ini juga akan menjadi kekasih terahirnya.
“Ahh…sst…”
Saat Jaejoong sedang tenggelam dengan kenikmatan yang didapatkannya, saat Yunho sedang bersenang-senang dengan ‘menyusunya’, tiba-tiba Jihye – adik Yunho mengetuk pintu sambil memanggil-manggil Jaejoong.
Jaejoong segera tersadar, ia berusaha menarik kepala Yunho menjauhi dadanya sambil menyuruh Yunho berhenti. Namun tak digubris Yunho, pria tampan itu malah memperdalam permainannya.
“Yunho-ah… kumohonhh…” pinta Jaejoong ditengah desahannya
“Biarkan saja, mereka sudah menculikmu dari tadi. Sekarang, aku tidak akan meyerahkanmu pada mereka lagi.”
Jaejoong terkekeh, ia memukul pelan kepala Yunho yang tetap tak mau melepaskan dadanya. Meski sebetulnya Jaejoong tidak ingin mengahiri sekarang kenikmatan ini, namun ia tak bisa mengelak. Makanan sudah selesai disiapkan, ia tak enak dengan orangtua Yunho jika tak membawa Yunho ke meja makan. Jaejoong terus berusaha melepaskan diri dari Yunho.
Buk~
Sekuat tenaga, Jaejoong mendorong Yunho hingga tersungkur. Ia lalu melepaskan diri dari dekapan pria tampan tersebut.
“Makan malam sudah siap, aku tunggu di meja makan,” ujar Jaejoong agak gugup, ia merasa bersalah pada Yunho yang kini melihatnya tajam. Jaejoong tidak ada pilihan lain.
Sambil mengancingkan kembali kemejanya, Jaejoong berjalan keluar dari kamar Yunho.
“Jihye-ah,” ucap Jaejoong setelah membuka pintu, dan Jihye nampak berdiri disana.
“Oppa, kalian lama sekali,” protes Jihye. Bahkan sampai ia dan ibunya menyiapkan makan di meja makan, Jaejoong dan Yunho belum juga menuju ke meja makan. Ibunya jadi menyuruhnya untuk memanggil kedua oppa-nya tersebut.
“Mi-mianhae. Tadi Oppa-mu sedang tidur, jadi Oppa harus membangunkannya,” bohong Jaejoong. Ia tak mungkin juga mengatakan yang sebenarnya ia dan Yunho lakukan barusan.
“Ish. Dasar, beruang tukang tidur.” Jihye mencibir sambil melipat kedua tangannya. “Yunho Oppa memang seperti kerbau kalau tidur. Sangat menyebalkan. Seharusnya Jaejoong Oppa saja yang menjadi oppa-ku, bukan tukang tidur itu.” Jihye melanjutkan dengan cemberut lucu.
Jaejoong tertawa pelan.
“Aku juga oppa-mu, Jihye-ah.” Jaejoong mengacak rambut Jihye.
“Aku tahu, tapi Eomma selalu menyuruhku membangunkan dia setiap pagi dan aku selalu hampir terlambat gara-gara sangat sulit membangunkan Yunho Oppa. Selama 18 tahun ini aku benar-benar tersiksa memiliki oppa tukang tidur seperti Yunho Oppa.”
“Yak! Apa yang kau katakan barusan Jung Jihye!” Yunho tiba-tiba menyahut dari belakang.
Jaejoong dan Jihye jadi melihat padanya secara bersamaan.
“Aku sangat bersyukur Jaejoong Oppa bisa menjadi oppa-ku. Dan aku, menyesal sekali memiliki oppa seperti Yunho Oppa.” Jihye menjulurkan lidahnya. Ia lalu berlari dari hadapan YunJae.
Yunho lantas mengejar Jihye, ia tidak terima dipermalukan di depan Jaejoong.
“Jung Jihye! Seharusnya kau berterimakasih padaku. Kalau bukan karena Oppa, Jaejoong tidak akan menjadi oppa-mu!” teriak Yunho sambil mengejar Jihye.
Jaejoong tertawa pelan.
Jaejoong sangat bersyukur. Mertuanya tidak seperti mertua-mertua yang di televisi atau di novel-novel. Justru ia seperti merasakan kembali memiliki keluarga. Ia sudah sangat lama tak merasakan kasih sayang ibu dan ayah setelah kedua orangtuanya meninggal saat dirinya dan Junsu masih kecil. Selama ini Jaejoong dan Junsu tinggal bersama nenek mereka, namun beliau meninggal satu tahun lalu.
Tuan Jung dan Nyonya Jung, Jaejoong benar-benar senang mereka menganggap dirinya seperti putra mereka, bukan sekedar menantu semata.
~THE END~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Don't forget for comment after read...