widgets

yunjae

yunjae

Jumat, 02 Agustus 2013

[FF - YunJae] Yaoi/PG-NC/MISSING LOVE/Chapter 3

Title : Missing Love

Author : Minhyan-ssi


Pairing : Yunjae


Legh : 3 of ?


Ratting : PG-17


Genre : Drama – Angst – Yaoi – NC


Cast :

- Jung Yunho
- Kim Jaejoong
- Etc

 FF ini terinspirasi dari drama I MISS YOU-nya presdir YJS.. akakakak… ah… boleh juga deh disebut njiplak drama I Miss You, yang jelas ni FF kubuat sebagai reflek dari drama I Miss You yang nguras emosi…

Ok, Happy reading all. . .


> > >

Yoochun berjalan pelan dan biasa saja. Ia tak mau menimbulkan kecurigaan diantara para penjaga rumah Yunho yang tersisa. Ia beralasan Yunho menyuruhnya mengambil beberapa berkas yang ketinggalan, agar ia dapat masuk – menjemput Jaejoong.

Ceklek~

Jaejoong menolehkan kepalanya. Ia melihat Yoochun memasuki kamarnya dengan mengendap-endap.

“Yoochun-ah,” Jaejoong lantas berdiri menghampiri Yoochun. Dan memeluknya sebentar.

“Kau belum siap-siap, Jae?” tanya Yoochun. Mengamati Jaejoong dari ujung kaki sampai kepala. Jaejoong masih juga menggunakan pakaian santainya.

Jaejoong tak langsung menjawab. Ia malah menundukkan kepalanya. Jujur saja ia masih bimbang. Jaejoong memang bergembira sekali bisa bersama keluarganya kembali dan menjalani kehidupan yang normal, namun sisi hatinya yang lain merasa tidak ingin pergi. Ia tidak tega meninggalkan Yunho yang psikologis-nya sangat kacau. Terlebih tentang pernyataan cinta Yunho (meski tidak langsung), juga seperti ikut menahannya untuk pergi. Ottoke?

“Jaejoong-ah…” panggil Yoochun, mengguncang bahu Jaejoong.

Pikiran panjang Jaejoong pun membuyar.

“Apakah harus sekarang, Yoochun-ah?” tanya Jaejoong lirih.

“Tentu saja, Jae. Kesempatan seperti ini belum tentu datang dua kali.” Yoochun berkata dengan penuh semangat.

Jaejoong tersenyum tipis. Apakah ia harus meninggalkan Yunho sekarang?

“Yoochun-ah, se-sebenarnya hari ini Yunho sedang sakit. Apa tidak bisa kepergian ini ditunda sampai Yunho sembuh? Mulai bulan depan Yunho akan  sangat sibuk ke luar negeri, aku yakin kita akan sangat mudah memperoleh kesempatan seperti ini lagi.”

Yoochun melepaskan tangannya dari pundak Jaejoong. Ia terkekeh. Perkataan Jaejoong barusan, seperti pedang yang mencincang perasaan Yoochun tanpa ampun. Sakit sekali dengan kenyataan bahwa Jaejoong malah peduli pada orang yang seharusnya  dibenci.

“Ah, apakah persaanmu sekarang sudah beralih pada bajingan itu, Kim Jaejoong?” tanya Yoochun sinis. Wajahnya memerah – marah.

Jaejoong dapat melihat itu. Ia pun menjadi agak panik. Bukan seperti itu maksudnya.

“Bu-bukan seperti itu, Chunnie. A-aku hanya kasihan pada Yunho. Dia tak memiliki siapapun untuk memperhatikan dirinya, bahkan ia sendiri tak peduli dengan kesahatannya. Dia sedang sakit, kalau akau pergi siapa yang akan merawatnya? Sakit tifus-nya bisa semakin parah,”  Jaejoong berusaha menjelaskan.

“Ha… Haha…” Yoochun tiba-tiba tertawa-tawa. Nanun tawanya terdengar menyedihkan.

Jaejoong meremas ujung kemejanya, bertambah takut.

“Ukh!” pekik Jaejoong. Tiba-tiba Yoochun mencengkram dagunya, sambil memberinya tatapan yang tajam.

“Jung Yunho sudah mengurungmu selama 13 tahun. Dia merebutmu dari sisiku. Dia juga memisahkanmu dari Junsu dan Eomma-mu. Dia menjadikanmu pelayan dan pemuas nafsunya. Jung Yunho memperlakukanmu seperti budak. BAJINGAN SEPERTI ITU TIDAK PANTAS UNTUK DIKASIHANI!” Yoochun berteriak tepat di wajah Jaejoong.

Jaejoong pun tak sanggup mencegah airmatanya untuk mengalir deras.

Jaejoong, tidak pernah menyangka Yoochun dapat semarah ini padanya. Rasa cemburu, sakit dan tidak terima, yang telah menumpuk di dalam hati Yoochun, seolah seperti bahan-bahan bom waktu yang siap meledak kapan saja dan tanpa recana. Yoochun tidak kuat lagi berpura-pura baik-baik saja dengan perasaannya, jika Jaejoong memperlakukan dirinya seperti ini.

“Singkirkan tanganmu dari Kim Jaejoong, Micky Park!”

Yoochun menarik cengkramannya dari dagu Jaejoong. Ia berbalik dan berdiri di sebelah Jaejoong. Ia membuka mata lebar-lebar, tak disangka-sangka Yunho kini telah berdiri di depannya. Jaejoong bereaksi tak jauh beda dengan Yoochun. Bukankah seharusnya Yunho sedang di pulau Jeju sekarang? Oh, shit.

“Pengawalku melapor kalau ada penghianat menyusup ke dalam rumahku. Aku beruntung belum berangkat ke pulau Jeju sehingga aku tidak terlambat menangkap penghianat itu,” kata Yunho.

Sret~
Yunho lalu menarik lengan Jaejoong. Reflek, Yoochun pun menahan dengan dengan menarik lengan Jaejoong yang lain.

“Lepaskan Jaejoongku, Park Yoochun!” Yunho setengah berteriak.

Jaejoong agak tersentak dan jadi melihat pada Yunho. Bagaimana Yunho bisa tahu?

“Jaejoong-mu? Ck, Dia milikku!” Yoochun agak menarik Jaejoong lebih mendekatinya. Ia melihat tajam pada Yunho.

Yunho tertawa meremehkan.

“Milikmu? Apa kau pernah merasakan bibir Jaejoong yang menggoda? Sangat manis dan seperti candu. Aku juga sangat yakin kau belum tahu tubuh seksi Jaejoong saat naked. Apa lagi merasakan masuki tubuhnya melalui hole ketat yang selalu memberi kenikmatan yang bisa membuatmu melayang. Belum kan? Hahahahah….”

Yoochun mengepalkan satu tangannya. Giginya saling menekan geram.

“Kau tidak mendapatkan itu semua, Park Yoochun. Bagaimana bisa kau mengatakan Jaejoong milikmu?” Kali ini giliran Yunho yang menarik Jaejoong mendekati padanya.

Yoochun dan Yunho kemudian saling melihat tajam. Jaejoong pun menjadi panik melihat dua pria yang pernah mengucapkan cinta padanya tersebut bertemu dam situasi seperti ini.

“Aku sudah melaporkan penculikan pengurunganmu kepada Jaejoong kepada polisi. Dan mereka mungkin dalam perjalanan kemari. Jadi, kalau kau tidak melepaskan Jaejoong sekarang. Bersiap-siaplah polisi akan menangkapmu dan kau akan membusuk di penjara.” Ujar Yoochun, yang membuat Yunho juga Jaejoong menjadi terkejut. YunJae tidak menyangka Yoochun bisa sejauh ini bertindak.

“Kau mencoba menakutiku, Park Yoochun,” Yunho meskipun menjadi agak was-was. Ia berusaha tidak terpancing dan menganggap Yoochun hanya mengancamnya saja.

Yoochun merogoh sesuatu dari sakunya. Ia mengambil secarik kertas dan membuka lipatannya dengan  terburu-buru. Ia lalu mengangkat – menunjukkan isi surat tersebut yang di salah satu sudut atasnya terdapat logo polisi.

“Kupikir kau tidak bodoh untuk dapat mengerti surat apa yang di tanganku ini.” Yoochun berujar sebari tersenyum kemenangan. Membuat Yunho dan Jaejoong lebih terkejut lagi.

Yunho mengepalakan satu tangannya, namun tangannya yang lain justru melepaskan genggamannya pada Jaejoong.

Sret~

Yoochun menarik Jaejoong kembali ke sisinya.

“Aku tidak akan membiarkanmu pergi, Kim Jaejoong. Sebelum kau membunuhku dengan tanganmu itu,” ucap Yunho yang cukup membuat terkejut. Matanya nampak sembab oleh cairan bening yang memenuhinya.

“Yunho-ah,” lirih Jaejoong.

“Apa gunanya aku hidup, Jae. Kalau harus kesepian lagi. Satu persatu orang-orang di dekatku akan pergi meninggalkanku. Aku tak mau sendirian lagi… aku takut… .”

Buk~

Yunho terjatuh dan berlutut. Ia memeluk dirinya sendirinya dan dengan uraian airmata yang kini membasahi dipipinya.

Yoochun dan Jaejoong tersentak. Yoochun membulatakan matanya, ia tak menyangka Yunho ternyata serapuh ini. Jaejoong akan melangkah menghampiri Yunho, namun Yoochun menahannya.

“Hari itu, pertama kalinya jantungku berdebar kencang dan suhu tubuhku berubah-ubah dengan cepat. Lalu kau memelukku, debaran dan perubahan suhu tubuhku kembali tenang. Kegundahan yang hampir setiap saat kurasakan hilang dalam sekejap, pertama kali aku bisa merasakan nyaman dengan kehidupan ini setelah oranngtuaku meninggalkan aku. Aku mencintaimu, Kim Jaejoong. Kau satu-satunya orang yang bisa menenangkan suasana hatiku,” Yunho mengungkapkan yang dirasakannya.

Jaejoong menitikan airmata haru. Ia semakin yakin Yunho tidak pernah bermaksud mengurung dirinya apalagi memperlakukannya sebagi budaknya. Yunho hanya seorang pria yang nampak gagah dan kuat di luar namun rapuh di dalam. Yunho seorang yang kesepian dan membutuhkan banyak perhatian.  

Yoochun menarik lengan Jaejoong untuk mengajak namja cantik itu pergi dari istana Yunho. Namun Jaejoong tak bergerak sedikitpun, ia malah saling menatap dengan Yunho.

“Kim Jaejoong!” bentak Yoochun, menyadarkan Jaejoong.

Jaejoong melihat pada Yoochun.

“Ibumu sedang sakit karena terus memikirkanmu, Joongie. Ibumu dan Junsu sangat menunggumu. Sekarang kau pilih, kesehatan ibumu atau kesehatan orang yang memperlakukanku seperti budak?” Yoochun setengah mengancam pada Jaejoong. Jaejoong semakin sulit memutuskan.

“Jaejoongie, jangan pergi. Aku mencintaimu,” kata Yunho. Ia sangat berharap Jaejoong tidak meninggalkan dirinya.

“Cinta? Itu bukan cinta, Jung Yunho. Cinta tidak akan memperlakukan orang yang ia cintai seperti hewan peliharaan!” Yoochun setengah berteriak pada Yunho.

“Jaejoongie…” lirih Yunho, memohon.

“Jangan dengarkan Jung Yunho. Bajingan ini hanya berbohong agar ‘peliharaannya’ tidak pergi,” tandas Yoochun. Ia lalu menarik Jaejoong pergi.

Tak ada perlawanan dari Jaejoong. Tega tidak tega, ia harus pergi. Bagaimanapun Jaejoong juga sangat merindukan Junsu dan Eomma-nya. Ia juga tak mau dibilang anak durhaka karena tak memperdulikan ibunya yang sedang sakit.

Yoochun dan Jaejoong berjalan keluar melewati anak buah Yunho, dan tanpa sekalipun mereka menoleh kebelakang.

# # # # #

Yunho meneguk segelas bir, entah sudah yang keberapa. Yang kini pria tampan itu kehilangan sebagian dari kesadarannya.

“Semuanya pergi… hahah…” Yunho tertawa-tawa sebari melihat datar pada gelas kini di tangannya.

“Apa kau juga pergi, Paman Lee. Seperti mereka dan Jaejoong?” Yunho kini melihat pada Paman Lee, sekertaris pribadi keluarga Jung yang sekaligus pengasuh Yunho sejak kecil.

“Saya tidak akan pernah meninggalkan, Tuan muda,” jawab Paman Lee, yang terus mengawasi Yunho dari tadi, di sebelahnya.

Yunho kembali melihat pada gelasnya, dan memainkannya – memutar-mutar di atas meja.

“Bohong. Mereka juga mengatakan akan bersamaku selamanya, tapi mereka tetap meninggalkanku. Tidak pernah ada yang peduli padaku. Bahkan Jaejoong juga meninggalkanku,” celetuk Yunho. Ia lalu menuangkan kembali bir ke gelasnya. Ia akan meneguk kembali, namun dengan cekatan Paman Lee merebutnya.

“Paman Lee!” teriak Yunho marah. Ia menatap tajam pada Paman Lee.

“Bawa Tuan Muda ke kamarnya,” perintah Paman Lee pada beberapa pelayan yang juga ikut mengawasi Yunho. Ia merasa sudah cukup Yunho membuat dirinya mabuk. Jika diteruskan, bisa-bisa sakit Yunho menjadi semakin parah. Dengan menolak pergi ke dokter ditambah dengan kepergian Jaejoong, sudah cukup menambah kekhawatiran Paman Lee pada Tuan mudanya itu.

“Yak! Lepaskan aku, berikan gelasnya padaku, Paman Lee!” Yunho memberontak, ketika dua pelayannya mencoba untuk membawa Yunho ke kamarnya.

Dua pelayan Yunho tak membiarkan Yunho memberontak lebih lama, mereka terpaksa agak kasar untuk memaksa Yunho menuju kamarnya.

Buk~

Tubuh Yunho di hempaskan ke ranjang, Paman Lee mengikutinya dari belakang. Yunho seketika memutar tubuhnya, tertidur menyamping dengan menekuk kakinya, membelakangi orang-orang yang di dekatnya kini.

“Eomma… Appa…. Yunho takut, Yunho sendirian lagi. Jaejoong pergi… dia pergi Eomma…” rancau Yunho  sambil terisak.

Paman Lee melihat dan merasa sedih pada Yunho yang seperti ini. Ia kemudian membenarkan letak selimut untuk  menutupi tubuh pria tampan itu. Ia kemudian bersama dua pelayan yang membawa Yunho tadi keluar dari kamar Yunho.

“Joongi-ah… Kim Jaejoong….” Yunho tersenyum miris, masih dengan mata basah oleh airmata. Ia mengulurkan tangannya, seolah-olah akan menggapai Jaejoong berada di depannya dengan tersenyum manis.


~TBC~

[FF - YunJae] YAOI/PG-NC/~MISSING LOVE~/Chapter 3

Title : Missing Love

Author : Minhyan-ssi


Pairing : Yunjae


Legh : 3 of ?


Ratting : PG-17


Genre : Drama – Angst – Yaoi – NC


Cast :

- Jung Yunho
- Kim Jaejoong
- Etc

 FF ini terinspirasi dari drama I MISS YOU-nya presdir YJS.. akakakak… ah… boleh juga deh disebut njiplak drama I Miss You, yang jelas ni FF kubuat sebagai reflek dari drama I Miss You yang nguras emosi…

Ok, Happy reading all. . .


> > >

Yoochun berjalan pelan dan biasa saja. Ia tak mau menimbulkan kecurigaan diantara para penjaga rumah Yunho yang tersisa. Ia beralasan Yunho menyuruhnya mengambil beberapa berkas yang ketinggalan, agar ia dapat masuk – menjemput Jaejoong.

Ceklek~

Jaejoong menolehkan kepalanya. Ia melihat Yoochun memasuki kamarnya dengan mengendap-endap.

“Yoochun-ah,” Jaejoong lantas berdiri menghampiri Yoochun. Dan memeluknya sebentar.

“Kau belum siap-siap, Jae?” tanya Yoochun. Mengamati Jaejoong dari ujung kaki sampai kepala. Jaejoong masih juga menggunakan pakaian santainya.

Jaejoong tak langsung menjawab. Ia malah menundukkan kepalanya. Jujur saja ia masih bimbang. Jaejoong memang bergembira sekali bisa bersama keluarganya kembali dan menjalani kehidupan yang normal, namun sisi hatinya yang lain merasa tidak ingin pergi. Ia tidak tega meninggalkan Yunho yang psikologis-nya sangat kacau. Terlebih tentang pernyataan cinta Yunho (meski tidak langsung), juga seperti ikut menahannya untuk pergi. Ottoke?

“Jaejoong-ah…” panggil Yoochun, mengguncang bahu Jaejoong.

Pikiran panjang Jaejoong pun membuyar.

“Apakah harus sekarang, Yoochun-ah?” tanya Jaejoong lirih.

“Tentu saja, Jae. Kesempatan seperti ini belum tentu datang dua kali.” Yoochun berkata dengan penuh semangat.

Jaejoong tersenyum tipis. Apakah ia harus meninggalkan Yunho sekarang?

“Yoochun-ah, se-sebenarnya hari ini Yunho sedang sakit. Apa tidak bisa kepergian ini ditunda sampai Yunho sembuh? Mulai bulan depan Yunho akan  sangat sibuk ke luar negeri, aku yakin kita akan sangat mudah memperoleh kesempatan seperti ini lagi.”

Yoochun melepaskan tangannya dari pundak Jaejoong. Ia terkekeh. Perkataan Jaejoong barusan, seperti pedang yang mencincang perasaan Yoochun tanpa ampun. Sakit sekali dengan kenyataan bahwa Jaejoong malah peduli pada orang yang seharusnya  dibenci.

“Ah, apakah persaanmu sekarang sudah beralih pada bajingan itu, Kim Jaejoong?” tanya Yoochun sinis. Wajahnya memerah – marah.

Jaejoong dapat melihat itu. Ia pun menjadi agak panik. Bukan seperti itu maksudnya.

“Bu-bukan seperti itu, Chunnie. A-aku hanya kasihan pada Yunho. Dia tak memiliki siapapun untuk memperhatikan dirinya, bahkan ia sendiri tak peduli dengan kesahatannya. Dia sedang sakit, kalau akau pergi siapa yang akan merawatnya? Sakit tifus-nya bisa semakin parah,”  Jaejoong berusaha menjelaskan.

“Ha… Haha…” Yoochun tiba-tiba tertawa-tawa. Nanun tawanya terdengar menyedihkan.

Jaejoong meremas ujung kemejanya, bertambah takut.

“Ukh!” pekik Jaejoong. Tiba-tiba Yoochun mencengkram dagunya, sambil memberinya tatapan yang tajam.

“Jung Yunho sudah mengurungmu selama 13 tahun. Dia merebutmu dari sisiku. Dia juga memisahkanmu dari Junsu dan Eomma-mu. Dia menjadikanmu pelayan dan pemuas nafsunya. Jung Yunho memperlakukanmu seperti budak. BAJINGAN SEPERTI ITU TIDAK PANTAS UNTUK DIKASIHANI!” Yoochun berteriak tepat di wajah Jaejoong.

Jaejoong pun tak sanggup mencegah airmatanya untuk mengalir deras.

Jaejoong, tidak pernah menyangka Yoochun dapat semarah ini padanya. Rasa cemburu, sakit dan tidak terima, yang telah menumpuk di dalam hati Yoochun, seolah seperti bahan-bahan bom waktu yang siap meledak kapan saja dan tanpa recana. Yoochun tidak kuat lagi berpura-pura baik-baik saja dengan perasaannya, jika Jaejoong memperlakukan dirinya seperti ini.

“Singkirkan tanganmu dari Kim Jaejoong, Micky Park!”

Yoochun menarik cengkramannya dari dagu Jaejoong. Ia berbalik dan berdiri di sebelah Jaejoong. Ia membuka mata lebar-lebar, tak disangka-sangka Yunho kini telah berdiri di depannya. Jaejoong bereaksi tak jauh beda dengan Yoochun. Bukankah seharusnya Yunho sedang di pulau Jeju sekarang? Oh, shit.

“Pengawalku melapor kalau ada penghianat menyusup ke dalam rumahku. Aku beruntung belum berangkat ke pulau Jeju sehingga aku tidak terlambat menangkap penghianat itu,” kata Yunho.

Sret~
Yunho lalu menarik lengan Jaejoong. Reflek, Yoochun pun menahan dengan dengan menarik lengan Jaejoong yang lain.

“Lepaskan Jaejoongku, Park Yoochun!” Yunho setengah berteriak.

Jaejoong agak tersentak dan jadi melihat pada Yunho. Bagaimana Yunho bisa tahu?

“Jaejoong-mu? Ck, Dia milikku!” Yoochun agak menarik Jaejoong lebih mendekatinya. Ia melihat tajam pada Yunho.

Yunho tertawa meremehkan.

“Milikmu? Apa kau pernah merasakan bibir Jaejoong yang menggoda? Sangat manis dan seperti candu. Aku juga sangat yakin kau belum tahu tubuh seksi Jaejoong saat naked. Apa lagi merasakan masuki tubuhnya melalui hole ketat yang selalu memberi kenikmatan yang bisa membuatmu melayang. Belum kan? Hahahahah….”

Yoochun mengepalkan satu tangannya. Giginya saling menekan geram.

“Kau tidak mendapatkan itu semua, Park Yoochun. Bagaimana bisa kau mengatakan Jaejoong milikmu?” Kali ini giliran Yunho yang menarik Jaejoong mendekati padanya.

Yoochun dan Yunho kemudian saling melihat tajam. Jaejoong pun menjadi panik melihat dua pria yang pernah mengucapkan cinta padanya tersebut bertemu dam situasi seperti ini.

“Aku sudah melaporkan penculikan pengurunganmu kepada Jaejoong kepada polisi. Dan mereka mungkin dalam perjalanan kemari. Jadi, kalau kau tidak melepaskan Jaejoong sekarang. Bersiap-siaplah polisi akan menangkapmu dan kau akan membusuk di penjara.” Ujar Yoochun, yang membuat Yunho juga Jaejoong menjadi terkejut. YunJae tidak menyangka Yoochun bisa sejauh ini bertindak.

“Kau mencoba menakutiku, Park Yoochun,” Yunho meskipun menjadi agak was-was. Ia berusaha tidak terpancing dan menganggap Yoochun hanya mengancamnya saja.

Yoochun merogoh sesuatu dari sakunya. Ia mengambil secarik kertas dan membuka lipatannya dengan  terburu-buru. Ia lalu mengangkat – menunjukkan isi surat tersebut yang di salah satu sudut atasnya terdapat logo polisi.

“Kupikir kau tidak bodoh untuk dapat mengerti surat apa yang di tanganku ini.” Yoochun berujar sebari tersenyum kemenangan. Membuat Yunho dan Jaejoong lebih terkejut lagi.

Yunho mengepalakan satu tangannya, namun tangannya yang lain justru melepaskan genggamannya pada Jaejoong.

Sret~

Yoochun menarik Jaejoong kembali ke sisinya.

“Aku tidak akan membiarkanmu pergi, Kim Jaejoong. Sebelum kau membunuhku dengan tanganmu itu,” ucap Yunho yang cukup membuat terkejut. Matanya nampak sembab oleh cairan bening yang memenuhinya.

“Yunho-ah,” lirih Jaejoong.

“Apa gunanya aku hidup, Jae. Kalau harus kesepian lagi. Satu persatu orang-orang di dekatku akan pergi meninggalkanku. Aku tak mau sendirian lagi… aku takut… .”

Buk~

Yunho terjatuh dan berlutut. Ia memeluk dirinya sendirinya dan dengan uraian airmata yang kini membasahi dipipinya.

Yoochun dan Jaejoong tersentak. Yoochun membulatakan matanya, ia tak menyangka Yunho ternyata serapuh ini. Jaejoong akan melangkah menghampiri Yunho, namun Yoochun menahannya.

“Hari itu, pertama kalinya jantungku berdebar kencang dan suhu tubuhku berubah-ubah dengan cepat. Lalu kau memelukku, debaran dan perubahan suhu tubuhku kembali tenang. Kegundahan yang hampir setiap saat kurasakan hilang dalam sekejap, pertama kali aku bisa merasakan nyaman dengan kehidupan ini setelah oranngtuaku meninggalkan aku. Aku mencintaimu, Kim Jaejoong. Kau satu-satunya orang yang bisa menenangkan suasana hatiku,” Yunho mengungkapkan yang dirasakannya.

Jaejoong menitikan airmata haru. Ia semakin yakin Yunho tidak pernah bermaksud mengurung dirinya apalagi memperlakukannya sebagi budaknya. Yunho hanya seorang pria yang nampak gagah dan kuat di luar namun rapuh di dalam. Yunho seorang yang kesepian dan membutuhkan banyak perhatian.  

Yoochun menarik lengan Jaejoong untuk mengajak namja cantik itu pergi dari istana Yunho. Namun Jaejoong tak bergerak sedikitpun, ia malah saling menatap dengan Yunho.

“Kim Jaejoong!” bentak Yoochun, menyadarkan Jaejoong.

Jaejoong melihat pada Yoochun.

“Ibumu sedang sakit karena terus memikirkanmu, Joongie. Ibumu dan Junsu sangat menunggumu. Sekarang kau pilih, kesehatan ibumu atau kesehatan orang yang memperlakukanku seperti budak?” Yoochun setengah mengancam pada Jaejoong. Jaejoong semakin sulit memutuskan.

“Jaejoongie, jangan pergi. Aku mencintaimu,” kata Yunho. Ia sangat berharap Jaejoong tidak meninggalkan dirinya.

“Cinta? Itu bukan cinta, Jung Yunho. Cinta tidak akan memperlakukan orang yang ia cintai seperti hewan peliharaan!” Yoochun setengah berteriak pada Yunho.

“Jaejoongie…” lirih Yunho, memohon.

“Jangan dengarkan Jung Yunho. Bajingan ini hanya berbohong agar ‘peliharaannya’ tidak pergi,” tandas Yoochun. Ia lalu menarik Jaejoong pergi.

Tak ada perlawanan dari Jaejoong. Tega tidak tega, ia harus pergi. Bagaimanapun Jaejoong juga sangat merindukan Junsu dan Eomma-nya. Ia juga tak mau dibilang anak durhaka karena tak memperdulikan ibunya yang sedang sakit.

Yoochun dan Jaejoong berjalan keluar melewati anak buah Yunho, dan tanpa sekalipun mereka menoleh kebelakang.

# # # # #

Yunho meneguk segelas bir, entah sudah yang keberapa. Yang kini pria tampan itu kehilangan sebagian dari kesadarannya.

“Semuanya pergi… hahah…” Yunho tertawa-tawa sebari melihat datar pada gelas kini di tangannya.

“Apa kau juga pergi, Paman Lee. Seperti mereka dan Jaejoong?” Yunho kini melihat pada Paman Lee, sekertaris pribadi keluarga Jung yang sekaligus pengasuh Yunho sejak kecil.

“Saya tidak akan pernah meninggalkan, Tuan muda,” jawab Paman Lee, yang terus mengawasi Yunho dari tadi, di sebelahnya.

Yunho kembali melihat pada gelasnya, dan memainkannya – memutar-mutar di atas meja.

“Bohong. Mereka juga mengatakan akan bersamaku selamanya, tapi mereka tetap meninggalkanku. Tidak pernah ada yang peduli padaku. Bahkan Jaejoong juga meninggalkanku,” celetuk Yunho. Ia lalu menuangkan kembali bir ke gelasnya. Ia akan meneguk kembali, namun dengan cekatan Paman Lee merebutnya.

“Paman Lee!” teriak Yunho marah. Ia menatap tajam pada Paman Lee.

“Bawa Tuan Muda ke kamarnya,” perintah Paman Lee pada beberapa pelayan yang juga ikut mengawasi Yunho. Ia merasa sudah cukup Yunho membuat dirinya mabuk. Jika diteruskan, bisa-bisa sakit Yunho menjadi semakin parah. Dengan menolak pergi ke dokter ditambah dengan kepergian Jaejoong, sudah cukup menambah kekhawatiran Paman Lee pada Tuan mudanya itu.

“Yak! Lepaskan aku, berikan gelasnya padaku, Paman Lee!” Yunho memberontak, ketika dua pelayannya mencoba untuk membawa Yunho ke kamarnya.

Dua pelayan Yunho tak membiarkan Yunho memberontak lebih lama, mereka terpaksa agak kasar untuk memaksa Yunho menuju kamarnya.

Buk~

Tubuh Yunho di hempaskan ke ranjang, Paman Lee mengikutinya dari belakang. Yunho seketika memutar tubuhnya, tertidur menyamping dengan menekuk kakinya, membelakangi orang-orang yang di dekatnya kini.

“Eomma… Appa…. Yunho takut, Yunho sendirian lagi. Jaejoong pergi… dia pergi Eomma…” rancau Yunho  sambil terisak.

Paman Lee melihat dan merasa sedih pada Yunho yang seperti ini. Ia kemudian membenarkan letak selimut untuk  menutupi tubuh pria tampan itu. Ia kemudian bersama dua pelayan yang membawa Yunho tadi keluar dari kamar Yunho.

“Joongi-ah… Kim Jaejoong….” Yunho tersenyum miris, masih dengan mata basah oleh airmata. Ia mengulurkan tangannya, seolah-olah akan menggapai Jaejoong berada di depannya dengan tersenyum manis.


~TBC~

Selasa, 30 Juli 2013

update LINE JYJ 2013/07/31 WED

Official]Today!! 1p.m.(Korea Time) XIA JUNSU will be on ‘News Y’ Ch23! XIA JUNSU will talk about his album and musical! Stay tuned!! (www.news-y.co.kr is also available! )


New ava twitter Kim Jaejoong


New AVA Twitter @bornfreeonekiss atau kim Jaejoong,  juga digunakan sebagai cover novelnya M. Dahlan yang berjudul "Tuhan, ijinkan aku menjadi pelacur!".

dan..... ini dia covernya...

 cr: Preggy_Jae from Page in FB Cassie-YJSIndo Always Be With DB5K

Junsu – 2013 Elisabeth Musical Photoshoot

[Vid] 130730 Junsu – 2013 Elisabeth Musical Photoshoot
ayuk dilihat......

https://www.youtube.com/watch?feature=player_embedded&v=nyK0Ggil8hk


Credit: emkmusical
Via: pinkrazy.wordpress
Shared by: ..MinYoo.. TVXQ For CASSIEindo

(FF - YunJae) The Story

Title : The Story

Author : Minhyan-ssi


Pairing : Yunjae

Legh : Oneshot


Ratting : NC-17


Genre : Drama - Fluff - Romance - NC – Yaoi - Angust


Cast :
- Jung Yunho
- Kim Jaejoong
- Etc

>>>>>

“Jung Yunho – “

Bipp~

Sambungan telepon terputus tiba-tiba. Yunho yang baru saja tiba di sebuah café untuk berkumpul dengan teman-temannya, kembali lagi beranjak. Rasa cemas dan khawatir yang begitu besar menyeruak mendadak.

“Kau mau kemana, Hyung?” tanya Changmin – sahabatnya.

“Kim Jaejoong membutuhkanku sekarang,” jawab Yunho sebelum benar-benar pergi lagi.

Changmin mengerutkan dahi. Ia meihat pada Yoochun dan Junsu – sahabat Yunho juga yang juga berada di sana. Yoochun seperti tersenyum aneh.

“Aku tak menyangka akan sejauh ini. Kim Jaejoong luar biasa, bisa membuat kacau seorang Jung Yunho,”komentar Yoochun seraya meminum segelas bis di tangannya.

Junsu dan Changmin jadi tersenyum bersamaan. Mengerti betul maksud Yoochun.

“Mari bersulang,” ajak Yoochun pada kedua temannya.

Changmin dan Junsu pun menyambut baik. Junsu menungkan bir ke gelas Changmin dan gelasnya sendiri.

“Thanks, Hyung,” kata Changmin untuk Junsu. Ia mengambil gelasnya dan bersiam untuk bersulang.

Junsu pun demikian.

“Mari bersulang,” ujar Junsu mengulang ajakan Yoochun.

“Cherss…”

Yoochun, Changmin dan Junsu saling memberturkan kecil gelas mereka sambil tertawa-tawa. Yoochun meneguk bir-nya dengan tanpa sedetik pun mengalihkan pandangannya dari kaca café yang transparan. Diluar sana Yunho tampak berjalan panik menuju mobilnya.

*******

Tangan kanan Yunho tak pernah terlepas dari ponsel yang menempel di telinganya dan tangan kirinya sibuk membuka pintu mobil. Ia sedang mencoba terus menghubungi Jaejoong, namun hingga kesekian kali tak dijawab-jawab juga. Ia merasa sangat khawatir, cemas, dan takut yang teraduk-aduk menjadi satu.

Yunho, terkadang ia tak habis pikir dengan dirinya sendiri. Bisa-bisanya ia sepeduli ini dengan seorang Kim Jaejoong. Padahal, siapa Jaejoong dalam kehidupannya? Saudara, pacar bahkan teman pun… rasanya bukan. 4 bulan yang lalu secara tak sengaja saat mengunjungi club malam untuk overvasi diam-diamnya ia bertemu dengan Jaejoong yang bekerja di club tersebut. Yunho ingin membuat cerita dengan foto tentang kehidupan gigolo yang ‘menjajakan diri’ untuk pria-pria gay. Secara singkat, Yunho mem-booking Jaejoong untuk beberapa bulan.

Yang ia lakukan Ia sungguh tidak masuk akal menurut Yunho sendiri. Ia sama sekali tak keberatan mengeluarkan banyak uang untuk hak ekslusif sebuah foto. Ia tak hanya mengeluarkan berjuta-juta untuk bookingan, sewaktu-waktu Jaejoong bisa saja meminta transferan uang (yang tentu tak sedikit namun entah untuk apa). Ia tak pernah seperti ini sebelumnya. Ia akan meotret apapun yang diinginkannya, tapi ketika keinginannya itu berbenturan dengan pemilik obyek yang mengingkan dibayar tinggi atau ada syarat tertentu, Yunho pasti segera melepaskan keinginan tersebut  meski dengan kekecewaan. Entahlah.

Lebih gila lagi, dengan tegas Yunho menyuruh Jaejoong berhenti sementara dari pekerjaannya melayani pria-pria yang memerlukan kehangatan dari ‘para pria yang menjajakan diri mereka’. Yunho merasa punya hak penuh atas Jaejoong  untuk beberapa waktu kedepan.

“Shit,” umpat Yunho. Mendapati jalan menuju apartement  Jaejoong macet karena di depan baru terjadi kecelakaan. Ia segera memutar balik dan mencari alternatif jalan lain agar secepatnya sampai di apartemen  Jaejoong.

“Kim Jaejoong, sudah ku katakan berhenti memakai obat-obatan setan itu.”


*******

Brak ~

Dengan agak kasar, Yunho membuka pintu apartement Jaejoong. Ia lalu langsung bejalan menuju ke kamar Jaejoong. Beruntung, setelah beberapa menit berputar-putar, Yunho ahirnya menemukan juga jalan kecil menuju apartemen dimana ia berada sekarang.

“Jung Yunho,” Jaejoong seperti berbinar melihat kedatangan Yunho. Ia lantas menghampiri pria tampan berwajah kecil tersebut.

Yunho tak seperti  Jaejoong. Air mukanya malah menampilkan kesedihan yang amat sangat. Hatinya, seperti dicabik-cabik tanpa ampun. Sedih dan  miris,  yang bersatu karena melihat keadaan namja cantik di depannya sekarang. Wajah yang pusat pasi dan mata yang sayu membuat Jaejoong terlihat berantakan, ditambah rambut lurusnya seperti bekas jambakan. Damn. Yunho benar-benar mengutuk obat-obatan setan yang membuat Jaejoong jadi berubah seperti zombie.

“Jung Yunho, dimana mereka kau taruh?” Jaejoong sambil agak menarik kerah kemeja Yunho dan dengan pupy eyesnya. Ia tahu begini akan membuat Yunho jadi tidak tega lalu mengasihinya.

Yunho menghindari bertatapan muka dengan Jaejoong dengan berpura-pura melihat ke arah lain. Sial, Jaejoong selalu bisa menangkap  apa yang menjadi kelemahannya.

“Jung Yunho…” rengek Jaejoong.

“Aku sudah membuangnya,” Yunho melepas tangan Jaejoong dari kerahnya agak kasar.

Jaejoong memudarkan senyum yang dari tadi mengembang di bibir cherry-nya.

“KENAPA KAU MEMBUANGNYA!” teriak Jaejoong sambil mendorong Yunho. Ia pun tak  dapat lagi mengendalikan emosi. Sejak menjadi pemakai narkoba, banyak yang berubah dari Jaejoong. Salah satunya ia jadi gampang marah dan kesulitan mengontrol emosi yang meledak-ledak tersebut.

“ITU OBAT SETAN! KAU BISA MATI KARENA BARANG TERKUTUK  ITU!” Yunho berteriak pula. Bukan maksudnya mengkasari Jaejoong, menghadapinya dengan halus malah percuma. Jaejoong tidak akan menyerah sampai ia mendapatkannya.

Yunho memang sengaja menyembunyikan obat-obatan milik Jaejoong tersebut, demi kebaikan Jaejoong sendiri. Berbulan-bulan dengan hampir setiap saat bersama namja cantik itu, ia menjadi tahu dan seolah ikut merasakan  keras-gelapnya hidup Jaejoong.  Yunho merasa tidak rela saja Jaejoong dihancurkan oleh barang terkutuk macam narkoba. Meski berat karena ia jadi melihat Jaejoong yang lebih menderita karena ketergantungan.

“BERIKAN BARANGNYA… ! AKKHH….” Jerit Jaejoong. Rasa seperti tertusuk-tusuk ribuan jarum menyerang kembali. Ia terduduk begitu saja seraya menjambak rambutnya, masih mengerang kesakitan.

“Sakit Yunho…. SAKIT…!”

Demi Tuhan, Yunho ingin menangis tapi tidak mungkin. Ia merasa pria pantang menangis apalagi didepan orang lain.

“Jung Yunho, ku mohon….!”  Jaejoong merangkak sampai bersujud di kaki Yunho. Sungguh, ia tak kuat lagi . Jaejoong butuh mereka untuk menenagkan rasa sakit hebat yang sedang menyiksanya.

Shit. Tangan  Yunho yang berada dalam saku, nyaris mengeluarkan obat-obat Jaejoong, ia hampir ingin memberikannya karena tidak tega lagi. Beruntung, Tuhan sangat baik dengan langsung mengigatkan betapa mengerikannya jika obat terkutuk itu dikonsumsi terus oleh Jaejoong.

Grep~

Yunho berlutut dan memeluk Jaejoong sangat erat. Ia tidak tahu harus melakukan bagaimana, cara ini satu-satunya yang terpikir di benak Yunho untuk Jaejoong. Entah ini membantu atau tidak.

“Sakit… berikan Yunho… berikan…,” lirih Jaejoong sambil meronta – menahan sakit yang luar biasa.

Yunho tak menyahut dengan kata-kata namun sebuah ciuman yang membuat Jaejoong tersentak sesaat.

“Akh,” rintih Jaejoong saat Yunho menggigit bibir – meminta jalan memasukan lidahnya ke dalam sana. Tangan Jaejoong sibuk memukul-mukul kecil bahu Yunho, ia merasa sulit bernafas karena perbuatan Yunho yang seperti ini.

Yunho tak menggubris. Ia menarik Jaejoong berdiri lalu menuntunnya ke kasur.

Bug~

Tubuh Jaejoong terbanting diatas kasur, dengan Yunho menindihnya. Jaejoong masih berusaha melepaskan ciuman Yunho yang brutal. Ia mendorong Yunho dan berusaha menjauhkan kepalanya.

“Setelah aku melayanimu, apa kau akan memberikan mereka padaku,” tanya Jaejoong dengan nafas masih tak teratru, setelah berhasil melepaskan bibirnya dari dalam bibir Yunho yang seolah sedang melahapnya.

Yunho hanya menyingerai lalu membuka celana Jaejoong. Tanpa pemanasan apapun ia langsung memasukkan miliknya kedalam hole namja cantik di bawahnya.

“AKHH…!” teriak Jaejoong, berkali-kali lipat lebih keras dari sebelumnya. Ia merasa jiwanya sedikit lagi akan terlepas dari tubunya. Sangat sakit, seperti luka menganga yang di taburi garam satu karung. Air mata Jaejoong tak terbendung lagi. Ia terus berteriak sakit  dalam tangisan  saat  Yunho mulai bergerak menghujam raganya.

Yunho sebenarnya tidak tega dengan penderitaan Jaejoong sekali. Ia kasar, ia keterlaluan. Menyakiti orang yang sudah kesakitan parah. Ia tidak ada cara lain untuk membuat Jaejoong berhenti mengharapkan obat terkutuk itu. Sampai matipun ia tak akan sudi memberikannya. No way.

********  

Dua bulan kemudian….

“Yang ini cantik, biasa saja, biasa saja. Nah… yang ini sangat sexy.”

Pletak~

“Auw. Junsu-ah, sakit,” Yoochun menyentuh kepalanya yang baru mendapatkan jitakn dari Kim Junsu – kekasihnya.

“Aku lebih sexy dari Kim Jaejoong,”

“Kau sexy hanya bokongmu saja, duck butt,” Yoochun menjulurkan lidahnya. Ia kembali melihat-lihat foto-foto Jaejoong yang masih dalam kamera Yunho.

“Benar-benar sexy,” komentar Yoochun lagi ketika melihat foto Jaejoong half naked dengan memakai handuk saja dan tersenyum.

Pletak~

“Aww.”

Yoochun mendapat jitakan sekali lagi dari Junsu. Tapi ia tak menggubrisnya. Pria berkening lebar ini seperti lebih tertarik melihat foto-foto koleksi Yunho tersebut.

Tuing~

Yoochun merasakan kepanya didorong dari samping.

“Aish, Jun – “ Yoochun hendak memprotes pada Junsu tapi seketika jadi mengerungkannya karena ia melihat Yunho sudah berdiri di sebelah Junsu yang cemberut. Ia tersenyum innocent. Sepertinya bukan Junsu tapi Yunho yang mendorong kepalanya barusan.

“Tidak ada jatah malam ini untukmu, Park Yoochun.” Sebelum pergi dengan kekesalannya, Junsu mengatakan tersebut dengan sangat tegas.

“Dan aku akan membunuhmu jika sekali lagi kau melihat foto-foto pribadi Kim Jaejoong.”

Sret~

Yunho lalu mengambil kasar kameranya dari tangan Yoochun. Yoochun menggaruk belakang kepalanya, ia merasa agak  tidak enak dengan Yunho.

“Aku tahu kau menyukai Kim Jaejoong,” celetuk Yoochun. Ia pernah jatuh cinta dan tentu sangat tahu gelagat orang yang jatuh cinta bagaimana. Ia sering memergoki Yunho melamun sambil memegang atau melihat foto Jaejoong, entah di kamera atau laptop.
Yunho juga sering memuji Jaejoong di depan dirinya, Junsu dan Changmin. Saat meceritakan tentang Jaejoong, mata Yunho selalu berbinar-binar. Dan barusan, Yunho terlihat jelas sangat protektif pada Jaejoong.

Yunho hanya tersenyum saja. Ia lalu berjalan ke balkon apartemennya. Dan mengambil beberapa foto pemandangan kota Seoul dari sana.

Yoochun mengikutinya dan berdiri di sebelahnya.

“Aku merasa Kim Jaejoong itu berbeda,” kata Yunho. Tanpa melihat pada Yoochun. Ia menerawang sepanjang batas pandang kota Seoul.

“Menurutku Kim Jaejoong bukan gigolo. Dia seperti seseorang yang terjebak dalam dunia hitam dan kau datang menyelamatkannya,” sahut Yoochun.

“Kau pikir aku dan Jaejoong sedang bermain drama?” Yunho ahirnya melihat pada Yoochun.

“Mungkin iya. Drama yang disutradarai oleh Tuhan.” Yoochun menoleh pada Yunho, dan tersenyum.

******

Yunho tersenyum di depan sebuah gedung bertingkat yang luas dengan terdapat papan bertuliskan ‘Kantor Rehabilitasi Narkoba Seoul’ di depannya.

Setelah ia ‘memperkosa’ Jaejoong malam itu, pagi hari ia bertengkar hebat dengan namja cantik itu. Yunho ingin Jaejoong masuk rehabilitasi sementara Jaejoong bersikeras tidak mau. Setelah tanpa menyerah ia menekan, Jaejoong pun menyerah dan menurut apa yang Yunho katakan. Ia tak keberatan mengeluarkan banyak uang lagi untuk biaya rehabalitasi dan tentu membeli – membebaskan  Jaejoong dari bar tempat namja cantik itu bekerja.

Yunho lalu berjalan ke dalam sana.

Di depan pintu ruang khusus untuk membesuk, Yunho menghentikan langkahnya sejenak. Mengamati dengan serius orang-orang yang di dalam sana.

Yunho melihat Jaejoong ada diantara orang-orang tersebut – dua orang perempuan dan sepertinya sepasang suami istri paruh baya sedang memeluk Jaejoong bersamaan.  Nampak suasana haru di sana. Entah, Yunho juga tak terlalu yakin.

*******

“Kau tadi baru bertemu siapa?” tanya Yunho. Yunho harus menunggu cukup lama untuk dapat bertemu Jaejoong ( yang sedang ada tamu). Tapi terbayar dengan izin dari pihak kantor rehab yang membolehkan dirinya mengejak Jaejoong ke taman yang tepat  di sebelah kantor.

“Kau melihat kami? Kenapa kau tidak masuk saja. Padahal ayahku, ibuku dan kedua kakakku sangat ingin bertemu denganmu.” Kata Jaejoong melihat pada Yunho yang duduk di sebelahnya.

Yunho mengerutkan dahi. Ayah, ibu dan kakak? Bukankah Jaejoong mengatakan padanya kalau ia sebatang kara. Eoh.

Jaejoong bisa membaca kebingungan di wajah Yunho. Namja cantik itu meraih tangan Yunho, meremasnya lembut.

“Maksudmu mereka keluargamu?” tanya Yunho, balas melihat pada Jaejoong.

“Sebenarnya aku diusir dari rumah oleh ayahku karena melihatku berciuman dengan sahabatku yang seorang pria. Keluargaku akan malu kalau orang-orang tahu anak lelaki satu-satunya keluarga Kim ini adalah gay. Aku frustasi dan sampai ahirnya terjebak dalam lingkaran setan narkoba. Semakin lama tabunganku habis untuk membeli obat-obatan itu, dan aku berpikir harus bekerja untuk mendapatkan uang. Dan seorang teman menawari pekerjaan mudah tapi uangnya banyak, dan aku tidak perlu repot menutup-nutupi kalau aku ini gay. Dua hari tiga hari bekerja di bar itu, aku bertemu denganmu, sebagai tamu pertama dan yang terahir.” Cerita Jaejoong panjang lebar.

 Yang membuat Yunho nyaris tak dapat berkata-kata lagi. Ia tak menyangka.

“Lalu?” tanya Yunho, ia merasa masih penasaran. Entah apa itu yang membuatnya penasaran.

“Apanya?” Jaejoong mengerutkan dahi. “Ah, iya. Sekarang keluargaku sudah berubah, mau menerimaku yang lebih tertarik pada pria dari pada wanita. Saat aku bercerita aku sedang menyukai seseorang, mereka tidak keberatan sama sekali. Bahkan mereka ingin sekali bertemu dengan dia.”

Shit. Yunho merasakan jantung berdebar meningkat dan  mendadak gugup. Senang, penasaran juga. Dirinya kah pria yang sedang Jaejoong sukai itu? Tadi Jaejoong mengatakan kalau keluarga Kim ingin sekali bertemu dengannya.

Chu~

Jaejoong mencium bibirnya singkat dan tiba-tiba.

Demi Tuhan, jantung Yunho rasanya akan melompat keluar sebentar lagi.

Sret~

Yunho menarik Jaejoong ke pangkuannya, lalu mencium bibir Jaejoong cukup lama. Ia mengerti meski Jaejoong tak mengakannya secara langsung. Ciuman ini sudah cukup mewakili semuanya.
Yeah. Sejujurnya Yunho pun merasakan yang sama dengan Jaejoong. Namja cantik ini berhasil membuat dirinya selalu berdebar-berdebar ketika bersama, sejak pertama kali mereka bertemu.

“Bagaimanana dengan proyekmu membuat cerita dengan foto? Apa kau sudah menyelesikannya?”

“Belum,”

“Wae?Padahal ini sudah hampir 7 bulan.”

“Aku tidak akan menyelesaikannya. Aku tidak rela foto-fotoku yang kudapat dengan susah payah dan pengorbanan, dimiliki juga orang lain. Kau milikku dan apapun yang berhubungan denganmu, hanya aku yang berhak memilikinya. ”

Yeah. Yunho yang ingin membuat sebuah cerita, tidak menyadari dirinya sedang menjadi pelaku sebuah cerita. Cerita karangan dan disutradarai langsung oleh Tuhan.


~THE END~

FF - YunJae | PG-17 | Yaoi | ¤-NAUGHTY MARRIAGE-¤ | Oneshoot

Title : Naughty Marriage

Author : Minhyan-ssi a.k.a @minhyan_YJreal

Legh : 1 shoot

Cast :
- Jung Yunho
- Kim Jaejoong
- Etc

Happy reading all. . .

>>>

P.O.V Author

''Tuan Jung-ku ini ahirnya menikah juga,'' ujar Jaejoong, sambil merapikan jas pengantin Yunho.

''Ne, tapi ini pernikahan bodoh. Appa dan Eomma-ku sudah gila, menikahkanku dengan yeoja asing,''gerutu Yunho, dengan raut kesal.

''Kalau kau tidak menikah menikah juga, kau akan dihapus dari pewaris tunggal Jung Corp. Ayo cepat ke altar.'' Jaejoong selesai, ia lalu menggandeng lengan Yunho keluar dari kamar rias - menuju altar. Hari ini Jaejoong sekaligus menjadi pendamping pengantin pria.

Jaejoong adalah teman sekaligus asisten Yunho sejak kecil. Namja cantik ini yatim piatu, ketika usianya 5 tahun ia ditemukan oleh Tuan dan Nyonya Jung di jalanan. Sempat keluarga Jung ingin mengadopsinya, tapi Jaejoong menolak dan lebih memilih mengabdi dengan menjadi 'asisten pribadi' Yunho. Jaejoong selalu menemani Yunho kemana pun, termasuk dalam bekerja. Tentu saja, di kantor ia juga sebagai sekertaris Yunho.

- - - -

Go Ahra mengenakan gaun pengantin, berjalan sambil tersenyum ke arah Yunho.

''Tuan, calon istrimu sangat cantik,'' bisik Jaejoong.

''Kau tertipu, BooJae. Kecantikannya itu hasil operasi plastik,''balas Yunho berbisik pula.

''Bagaimana kau bisa tahu?''

''Aku sudah sering berkencan dengan banyak yeoja. Jadi aku bisa menilai yeoja dengan sangat baik.''

''Dasar playboy cap beruang,''cibir Jaejoong. YunJae lalu tertawa pelan.

- - -

''Sblm pernikahan dimulai, ada yang ingin anda sampaikan, Tuan Jung?''tanya pastur.

''Pastur, bisakah kau tidak menikahkanku dengan yeoja ini, tapi menikahkanku dengan namja cantik ini. Dia sedang mengandung anakku.'' Yunho menunjuk pada Ahra, lalu menarik Jaejoong berdiri di sebelahnya. Tentu membuat yang hadir di situ terkesiap, bahkan Jaejoong sendiri.

''Jung Yunho kau gila, kita tidak pernah tidur bersama bagaimana bisa kau mengatakan aku hamil,''bisik Jaejoong.

'' Jangan khawatir, nanti aku akan menghamilimu,''bisik Yunho pula.

''Will you marry me, Kim Jaejoong?''

Jaejoong tidak menjawab, kepalanya didorong Yunho - ia jadi seolah mengangguk.

''Dia bersedia, Pastur. Jadi cepat nikahkan kami.''

''Yeobo... kita akan segera punya cucu,'' girang Mr. dan Mrs. Jung.

''Nikahkan YunJae, pastur,''kata Mr. Jung mantap.

''Mwo!''seru Jaejong

~THE END~

(FF - YunJae) Jung Jaejoong

Title : Jung Jaejoon
Author : Minhyan-ssi
Cast : YunJae, etc
P.O.V Author
"Hai, Jung Jaejoong." Yunho mengambil duduk di sebelah Jaejoong. Ia merangkul namja cantik itu.
"Aku bukan istrimu, jangan memanggilku dengan sebutan bodoh itu." Jaejoong melepaskan rangkulan Yunho. Ia menatap Yunho kesal. Bukan pertama kali namja tampan itu menggodanya begini, hampir setiap saat di kampus Jaejoong menahan kekesalannya karena Yunho.
Yunho sudah berkali-menyatakan cintanya pada Jaejoong, namun tidak pernah mendapat jawaban. Terus terang Jaejoong sendiri bingung dengan perasaannya. Ia terus menolak saat Yunho didekatnya dan merindukannya ketika mereka berjauhan.
Jaejoong menghela nafas berat, meruntuki perasaanya yang tidak jelas.
"Mmphh…." Jaejoong tersentak. Tiba-tiba dua orang bertubuh tegap menyergap dan membungkam mulut Jaejoong yang tengah menunggu bus menuju ke kampusnya. Perlahan Jaejoong merasa pening dan matanya ingin menutup. Damn. Sapu tangan untuk membungkamnya tadi ternyata telah diberi obat bius sebelumnya.
Buk~
Jaejoong pun tak sadarkan diri.
"Jung Yunho, apa kau sudah siapa?"
"Ne," Yunho tersenyum kepada pastur di depannya kini. Ia meraih tangan Jaejoong di sebelahnya, meremasnya lembut.
"Kau menakutkan, Jung Yunho," bisik Jaejoong.
"Kau selalu bilang aku tidak boleh memanggilmu Jung Jaejoong karena kau bukan istriku. Sebentar lagi kau menjadi istriku, aku akan bisa memanggilmu Jung Jaejoong setiap hari." Yunho tersenyum kemenangan.
"Pernikahan ini tidak sah. A-aku tidak mencintaimu," kata Jaejoong masih berbisik.
"Jinja? Kalau begitu akan kubuat kau mencintaiku."
Chu~
Yunho tiba-tiba mencium basah bibir Jaejoong. Ia terlihat bersemangat melumat dan menghisap bibir cherry tersebut. Ia tidak peduli dengan para tamu, pastur, maupun Jaejoong yang terkejut karena ulahnya.
Yunho menyiapkan pernikahan ini diam-diam. Dua tahun terahir ini Yunho selalu memimpikan bisa menikahi Jaejoong.
"Dan Kim Jaejoong, bersediakah kau menjadi istri Jung Yunho."
"Ne, saya bersedia," seburat merah mendominasi pipi Jaejoong. Ia masih merasa malu karena ciuman dirinya dan Yunho beberapa saat sebelum ucapan janji suci mereka.
"Yunnie!" teriak Jaejoong dari dalam toilet. Yunho yang tengah tertidur diranjang, segera bangkit menghampir Jaejoong.
"Boo ada apa, kenapa berteriak?"
" Aku hamil." Jaejoong lalu memeluk Yunho. Ia telah mencintai suaiminya.
~END~

Jung Yunho

Jung Yunho yang bikin melting

Moon Bin(MV Ballon-DBSK) 2013


Inget g siapa nih bocah imut yang satu ini... Yupz.. dia adalah Jung Yunho kecil #plak
Dia juga tampil di MV Ballon-DBSK. Juga... sering banget kita jadiin (author) FF jadi anaknya Yunjae

daan.... mau tahu wajah siimut ini di tahun 2013????

Tadaaa... ini ane kasih




Moon Bin 2013


Sabtu, 27 Juli 2013

Jumat, 26 Juli 2013

[FF - YunJae] YAOI/PG-NC/~MISSING LOVE~/Chapter 2

Title : Missing Love

Author : Minhyan-ssi

Pairing : Yunjae


Legh : 2 of ?

Ratting : NC-17 for now

Genre : Drama – Angst – Yaoi – NC

Cast :
- Jung Yunho
- Kim Jaejoong
- Etc

 FF ini terinspirasi dari drama I MISS YOU-nya presdir YJS.. akakakak… ah… boleh juga deh disebut njiplak drama I Miss You, yang jelas ni FF kubuat sebagai reflek dari drama I Miss You yang nguras emosi…

Ok, Happy reading all. . .


>>> 

Tuk~
Tuk~

Jaejoong memotong bawang merah dengan pandangan yang kosong. Di telinganya masih terngiang oleh ‘saranghae’ yang terlontar dari bibir Yunho – orang yang ingin ia benci namun entah kenapa sangat sulit untuk membencinya.

Terkadang Yunho memang memperlakukannya dengan kasar dan dingin, namun ketika Jaejoong melihat dalam mata musang pria tampan itu, rasa benci itu berubah seratus delapan puluh derajat. Rasa kasihan dan ingin melindungi yang malah menyeruak bertempur dengan fakta yang terjadi. Mata musang itu seperti selalu dipenuh kesedihan dan kesengsaraan.

 Yunho memiliki segalanya, tapi selama 13 tahun bersama Yunho, tak pernah sakali saja Jaejoong melihat Yunho tersenyum. Ia tak pernah melihat Yunho berlibur atau  bersenang-senang dengan hasil kerja kerasnya. Waktu luang yang Yunho dapat, selalu dihabiskan untuk bersama Jaejoong. Jaejoong tidak tahu dengan pasti, namun menurut Bibi Kim – kepala pelayan di rumah keluar Jung, sikap Yunho berubah menjadi pendiam dan kasar setelah kedua orangtuanya meninggal dalam kecelakaan saat Yunho baru berulang tahun yang ke-6.

Apakah selama ini sebenarnya Yunho tak bermaksud mengkasari dirinya? Dia hanya sulit merefleksikan akfitas mental dan perasaan kedalam sikap dan perbuatannya dengan benar? Dan perasaan yang Yunho katakan itu tulus? Oh, God.

“Jaejoong-ah,”

Pikiran pajang Jaejoong membuyar, setelah seseorang menepuk pundak dan memanggilnya pelan. Jaejoong lalu berbalik melihat pada orang tersebut.

“Yoochunnie, apa yang kau lakukan disini?” tanya Jaejoong.

Yeah, selama 13 tahun Park Yoochun tak pernah tinggal diam atas yang terjadi pada kekasihnya. Ia terus berusaha mencari cara untuk mengeluarkan Jaejoong dari kungkungan Yunho. Setelah selesai dengan masa SMA-nya, Yoochun mengambil beasiswa kuliah di Amerika. Ia lalu mengubah identitasnya menjadi Micky Park dan melamar menjadi asisten sekertaris Jung Yunho. Agar dapat melindungi Jaejoong dan mencari jalan keluar untuk kekasih cantiknya tersebut secara diam-diam.

Meskipun Yoochun terkadang merasa dadanya sesak dan hampir membunuhnya, jika ia mengingat yang telah Yunho lakukan pada Jaejoong. Yoochun selalu berusaha membuang jauh-jauh hal itu dan mencoba menerima Jaejoong apa adanya.

“A-aku sedang membuatkan sarapan untuk Yunho.” Kata Jaejoong menjawab pertanyaan Yoochun sebelumnya.

Satu tangan Yoochun terulur menyentuh pipi kanan Jaejoong. Cairan bening mulai mulai mengumpul di sudut mata Yoochun. Raut wajahnya pun kini berubah sendu.

“Ini salahku, Jae. Seharusnya aku lebih kuat waktu itu. Kau… mungkin tidak akan seperti ini.” Yoochun pun melepaskan tangisannya, membiarkan cairan bening itu membasahi pipinya.

Jaejoong menyentuh tangan Yoochun yang memegang pipinya, ia sedikit menggerakkan kepala disana.

“Aku tidak apa-apa Yoochun-ah. Sungguh.”

Tes~

Pada ahirnya, Jaejoong pun menitikan air mata juga. Beberapa menit keduamya pun tenggelam dalam keharuan bersama.

Tuk~
Tuk~

Derap langkah laki terdengar dan semakin lama semakin terdengar jelas di telingan Yoochun dan Jaejoong. Yoochun segera menarik tangannya. Ia dan Jaejoong lalu cepat-cepat mengusap air mata yang mengalir di pipi mereka.

“Aku menyuruhmu untuk langsung ke ruang kerjaku, Micky.” Yunho yang baru datang, melihat tajam pada Yoochun.

“Mi-mianhae, Presdir.” Yoochun membungkukkan badan berkali-kali. Walau ia benci sekali melakukan ini.

“Yunho-ah, tadi Micky ingin meminta air putih saja. Dia tidak tahu dimana air putihnya disimpan jadi dia langsung kesini,” Jaejoong menyela meski agak takut-takut dan gugup. Ia hanya tidak mau Yoochun terkena masalah.

Yunho tertawa meremehkan.

“Sa-saya akan ke ruang kerja anda sekarang, Presdir.” Yoochun membungkukkan badan (lagi) sebelum kemudian mulai berjalan meninggalkan YunJae.

“Buatkan aku kopi dan antar ke meja kerjaku.” Perintah Yunho pada Jaejoong.

“Tapi kau belum sarapan, Yun. Perutmu bisa sakit.”

Yunho hanya terkekeh sambil melihat pada Jaejoong.

Sekilas, Yoochun masih dapat mendengar percakapan diantara Jaejoong dan Yunho. Ia mengepalkan tangannya erat. Cemburu. Yeah, Yoochun akui ia iri dengan Yunho. Yunho mendapatkan semua yang seharusnya menjadi miliknya dari Jaejoong. Diri Jaejoong, kebersamaan dan perhatian dari namja cantik itu.

# # # # #

“Hari ini aku sedang tidak ingin ke kantor. Kerjakan semua ini,”

Buk~

Yunho sedikit melemparkan setumpuk berkas tepat di hadapan Yoochun. Sambil menyimpan rasa marahnya, Yoochun mengambil setumpuk berkas tersebut.

Ceklek~

Jaejoong membuka pintu ruangan Yunho, ia berjalan menghampiri Yunho dengan secangkir kopi di tangannya. Yoochun mengepalkan tangannya, ia semakin keras menahan diri utuk tidak terprovokasi. Melihat Jaejoong begini, semakin memupuk kesedihan yang Yoochun rasakan.

Jaejoong meletakkan kopinya di depan Yunho dan lalu beranjak untuk pergi, namun baru satu langkah berjalan, Yunho menarik lengan Jaejoong hingga namja cantik itu terduduk di pangkuan Yunho. Yoochun agak tersentak dan hampir tak dapat mengendalikan diri.

Deg~
Deg~

Jantung Jaejoong berdebar ketakutan. Ia tidak dapat menebak isi pikiran Yunho – apa yang hendak Yunho lakukan padanya. Ia hanya menerawang ke dalam mata musang itu.

“Tuangkan kopinya untukku,” perintah Yunho.

Jaejoong menurut, dengan agak gemetar ia menuangkan kopi dari cangkirnya ke alas cangkir dan meniupkannya.Ia kemudian menyodorkannya pada Yunho. Yunho menyeruputnya pelan-pelan. Mata musang melirik pada Yoochun dan bibir tebalnya menyingerai sedikit.

Yunho bukan orang bodoh. Menerima orang-orang yang bekerja padanya dengan begitu mudah dan tanpa pertimbangan? Yang pertama adalah ia akan mencari tahu latar belakang orang yang ingin bekerja padanya tersebut. Tak terkecuali Park Yoochun, pria berkening lebar itu pun tak luput dari penyelidikan.

Yunho sengaja membiarkan Yoochun, ia ingin tahu sejauh mana kekasih Jaejoong itu dapat bergerak melawan dirinya.

“Micky,”

“Ne, Presdir,” Yoochun melihat pada Yunho.

Yunho tersenyum lebar, tangan kirinya perlahan ia lingkarkan ke pinggang Jaejoong.

“Aku benar-benar senang memiliki Jaejoong. Masakannya sangat enak, bahkan sampai membuatku tidak bisa beralih ke masakan orang lain. Dia juga sangat perhatian,” ucap Yunho, semakin menyingerai ketika tatapan Yoochun padanya dan Jaejoong semakin tajam.

“Lihatlah Micky, mata Jaejoong sangat indah,” Yunho membelai pada mata Jaejoong.

“Kulitnya putih mulus dan harum,” kali ini Yunho menggerakkan kepalanya – mengendus wajah kemudian leher Jaejoong.

Demi Tuhan, Yoochun ingin  menghajar Yunho sekarang juga. Diam-diam ia manarik nafas beratnya yang panjang. Jangan sampai ia lepas kendali dan membuat sia-sia semuanya.

“Micky,”

“Ah, ne, Presdir,” Yoochun sebisa mungkin menunjukkan sikap yang biasa saja.

“Kenapa kau diam saja. Berikan pendapatmu tentang Jaejoong.” Yunho semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang Jaejoong.

Yoochun melihat pada Jaejoong.

“Tuan Jaejoong sangat sempurna, dan sangat serasi  bersanding dengan, Presdir.” Ucap Yoochun.

Mata Jaejoong terasa menghangat, cairan bening mulai mengumpul di sudutnya. Sesungguhnya ia ingin menangis sekarang. Ia dapat mengerti perasaan Yoochun sekarang ini. Kekasihnya itu tidak baik-baik saja, meskipun ia tak bersikap berlebihan. Biasa saja dan nampak tak terpengaruh apapun. Yoochun saat ini pasti tertekan karena Yunho yang seperti ini.

“Hahaha…” Yunho tertawa terbahak-bahak. Membuat Yoochun semakin terdorong untuk menghabisi atasannya itu detik ini juga. Ia tidak tahan lagi.

“Kau benar sekali, Micky. Jaejoong memang sangat sempurna.” Yunho agak mendekatkan kepalanya pada Yoochun. “Aku beritahu satu hal, Jaejoong juga sangat hebat di ranjang. Dia benar-benar memuaskan,” lanjut Yunho, kemudian ia tertawa kembali.

“Bibirmu selalu manis dan menggoda, Kim Jaejoong.” Kali ini Yunho melihat pada Jaejoong. Jari lentiknya terus mengusap bibir yang sudah seperti candu untuknya.

Chu~

Yunho melahap bibir Jejoong secara mendadak dan mengejutkan. Jaejoong terkesiap, namun kepalanya dengan cepat ditahan Yunho dengan tangan kekarnya. Jaejoong jadi tak dapat mengelak ataupun melepaskan diri adari ciuman ini.

Yunho mulai melumati bibir Jaejoong dengan penuh nafsu.

Yoochun memejamkan mata dan langsung mengalihkan pandangannya ke arah yang lain. Ia… ia tak tahan lagi. Sebelum beranjak, ia membungkukkan badan sebentar untuk berpamitan pada Yunho. Ia lebih baik pergi saja sebelum pertahanannya runtuh karena tak sanggup melihat Jaejoong yang semakin melukai perasannya.

Yunho menyingerai setelah kepergian Yoochun. Ia melepaskan ciumannya.

“Yun…” lirih Jaejoong. Kali ini ia tak menutup-nutupi lagi air mata yang ingin menyeruak dari tadi.

“Bukankah seperti ini sangat menyenangkan, Jae?” Yunho tersenyum pada Jaejoong. Ia yang menang kali ini.

# # # # #

Buk~

“Ah,” pekik Jaejoong, setelah dari belakang Yunho mendorongnya ke tembok dan mengunci dirinya disana.

“Aku akan langsung saja,” ucap Yunho seraya melucuti pakaian yang menutupi tubuhh bawah Jaejoong. Dan air  mata, semakin deras saja menuruni pipi mulus Jaejoong.

“AAKH!” pekik Jaejoong cukup keras. Mata besarnya melebar dan otot-otot dalam tubuhnya seperti menegang mendadak, ketika Yunho memasukkan ‘miliknya’ ke dalam hole Jaejoong. Yang tanpa pemanasan dan persiapan.

Jaejoong mencengkram erat lengan Yunho yang memeluknya dari belakang.

“UKH!”  pekik Jaejoong kembali. Yunho menggerakkan tubuhnya langsung tanpa memberi kesempatan Jaejoong beradaptasi dengan sesuatu yang baru memasuki dalam tubunya.

Yunho bergerak semakin lama semakin cepat. Ia memejamkan mata seiring kenikmatan yang didapatnya terus bertambah.

“Kau benar-benar nikmat, Jae. Uhh! Aku tidak akan pernah melepaskan kenikmatan ini kepada siapapun. Uuh…” celetuk Yunho, yang sedang dipenuhi dengan kenikmatan hole Jaejoong yang terus menerus mencengkram erat ‘miliknya’.

“Yuhh.. hhoo.. sakit…” rintih Jaejoong yang justru sangat kesakitan. Bahkan ia samapi merasa tubuhnya tengah terbelah menjadi dua.

“Ohh… akan kubunuh sipapun yang mencoba merebut milikku. Uhh… nikh… mathh… sekali Jae…”

“Hentikanhh… sakitth.. Yunhh…” Jaejoong terus meminta. Dalam tangisannya, Jaejoong menyadari Yunho sedang menyembunyikan sesuatu dan itu membuatnya marah.

Yunho memang kasar, namun ia tak pernah egois dalam bercinta. Yunho selalu memberi kesempatan Jaejoong untuk merasakan kenikmatan seperti yang didapatkannya dalam hubungan seks mereka.

Yunho  hanya akan seperti ini – memperkosa Jaejoong ketika emosi sedang mendominasi di perasaannya.

“Uhh… uhh… “ desah Yunho semakin kenikmatan. Ia jadi tak memperdulikan Jaejoong yang terus merintih kesakitan – minta berhenti.

Yunho malah semakin bersemangat  mengoyak hole Jaejoong selama beberapa waktu.

Sret~

“Akh!” Jaejoong memekik (lagi). Tiba-tiba Yunho mengeluarkan ‘miliknya’ dengan kasar, lalu membalik tubuh Jaejoong jadi menghadap dirinya.

“Ukh!” untuk kesekian kali, Jaejoong memekik. Yunho mendorong Jaejoong hingga punggung pria cantik ini berbebturan denga tembok. Dan tanpa banyak bicara, Yunho kembali memasukkan miliknya ke dalam hole Jaejoong.

“Hahhh…” desah Yunho panjang. Ia memejamkan mata – menikmati mecapai ketinggian yang dicapainya.

-------

Mata Jaejoong dan Yunho masih saling beradu tajam.

Tes~

Jaejoong agak tersentak. Mata musang Yunho tiba-tiba menjatuhkan airmatanya. Ini pertama kali Jaejoong melihat Yunho menangis. Oh, ada dengan Yunho?

“Appa dan Eomma bilang akan selalu menemaniku. Tapi mereka malah meninggalkanku bahkan saat aku belum mengerti tentang kerasnya  kehidupan di dunia ini. Aku membenci mereka. Mereka pembohong!” tutur Yunho dengan penuh emosi. Yang terpancar cukup jelas dari mata musangnya yang kini sangat basah karena airmata yang mengalir semakin deras.

Entah kenapa, melihat airmata Yunho yang turun, membuat Jaejoong merasa seperti ribuan paku menusuk hatinya secara bersamaan. Sakit sekali. Dan ia tidak tega melihat Yunho  seperti ini.

Satu tangannya terulur untuk memeluk Yunho. Yunho membenamkan kepalanya di salah satu pundak Jaejoong, dan menagis disana.

“Aku takut, Jae. Aku takut  sendirian lagi…” Yunho membalaskan pelukan Jaejoong, dengan sangat erat.

# # # # # #

‘Jung Yunho akan ada meeting dengan rekan bisnis dari jepang sampai jam 11 malam. Rumah akan sepi karena sebagian besar penjaga ikut dengan Yunho meeting di pulau Jeju. Aku akan menjemputmu malam ini. Lalu kita akan pergi ke Amerika menyusul Junsu dan ibumu, aku sudah mengurus semuanya’

Ucapan Yoochun secara diam-diam tadi pagi terus terngiang di telinga dan benak Jaejoong. Ia, tentu saja senang sekali setelah menunggu selama 13 tahun, ahirnya kesempatan itu datang juga. Tapi entah kenapa malaikat di sebelahnya berbisik agar ia tetap tinggal. Yunho membutuhkan dirinya.

Tuhan, help me.

~TBC~

Maappp… cerita n NC-nya geje, udah sangat lama g bikin. N g di edit, soalnya lagi puasa… kekekek

Kritik sarannya ditunggu…

 sampai jumpa di minggu depan...